lathif99

Bersamaan dengan surat itu, oleh Amr juga dilampirkan surat Muawiyah yang ditujukan kepada Muhammad bin Abu Bakar Ash Shiddiq. Surat Muawiyah bin Abi Sufyan itu isinya antara lain: "Apabila kedzaliman dan kedurhakaan sudah merajalela, pasti besarlah akibat buruk yang ditimbulkan. Orang yang telah menumpahkan darah secara tidak sah, tak akan terhindar dari pembalasan di dunia dan siksa berat di akhirat. Aku belum pernah melihat orang yang melebihi engkau dalam berbuat jahat, mencerca dan menentang Utsman bin Affan. Bersama-sama orang lain engkau berusaha dan saling bantu untuk menumpahkan darahnya. Lantas, apakah engkau mengira bahwa aku akan melupakan perbuatanmu itu?"

Seterusnya dikatakan: "Sekarang engkau tinggal di sebuah negeri dengan aman dan tenteram, padahal di negeri itu banyak sekali pengikut dan pendukungku. Mereka itu ialah orang-orang yang sependirian dengan aku, menolak semua omonganmu, dan berteriak minta tolong kepadaku. Aku telah mengerahkan sebuah pasukan untuk memerangimu, dan mereka itu adalah orang-orang yang sangat dendam terhadap dirimu. Mereka akan menumpahkan darahmu, dan akan bertaqarrub kepada Allah melalui perjuangan melawanmu. Mereka telah bersumpah hendak membunuhmu. Seandainya mereka tidak sampai dapat memenuhi sumpah masing-masing, Allah pasti akan mencabut nyawamu, entah melalui tangan mereka atau tangan para hamba-Nya yang lain. Engkau kuperingatkan, bahwa Allah tetap menuntut balas kepadamu atas terbunuhnya Utsman, yang disebabkan oleh kedzalimanmu, kedurhakaanmu dan tusukan tombakmu. Walaupun begitu…, aku tidak ingin membunuhmu. Aku tidak mau berbuat seperti itu terhadap dirimu. Allah tidak akan menyelamatkan dirimu dari pembalasan, di mana pun engkau berada dan sampai kapan pun juga. Oleh karena itu, lepaskanlah kedudukanmu dan selamatkan dirimu sendiri. Wassalaam."

Setelah dua surat tersebut dibaca oleh Muhammad bin Abu Bakar, kemudian dilipat untuk diteruskan kepada Amirul Mukminin Imam Ali r.a., dengan disertai pengantar sebagai berikut: "Ya Amirul Mukminin, si durhaka Ibnul Ash kini telah tiba dekat Mesir. Orang dari penduduk Mesir yang sependirian dengan dia berhimpun di sekelilingnya. Ia datang membawa sebuah pasukan besar. Kulihat ada tanda-tanda patah semangat di kalangan orang-orang yang menjadi pendukungku. Jika engkau masih tetap hendak mempertahankan Mesir, harap segera mengirimkan beaya dan pasukan. Wassalamu'alaika wa rahmattullahi wabarakaatuh."

Sesudah Imam Ali r.a. membaca surat-surat yang dikirimkan oleh Muhammad bin Abu Bakar, ia segera menulis jawaban: "Utusanmu telah datang membawa suratmu kepadaku. Dalam surat tersebut engkau mengatakan, bahwa Ibnul Ash sekarang telah datang di Mesir membawa sebuah pasukan besar, dan bahwa orang-orang yang sependirian dengan dia telah bergabung kepadanya. Keluarnya orang-orang yang sependirian dengan dia dari barisanmu itu lebih baik daripada kalau mereka tetap tinggal bersamamu. Engkau menyebutkan juga, bahwa ada orang-orang yang tampak patah semangat. Tetapi engkau sendiri jangan sampai patah semangat.

Pertahankanlah wilayah negerimu, himpunlah semua pendukungmu, perkuat pengawasan dalam pasukanmu, dan angkatlah Kinanah bin Bisyir sebagai pimpinan pasukan. Ia seorang yang terkenal bijaksana, berpengalaman dan pemberani. Dalam keadaan sulit rakyat kupercayakan kepadamu. Oleh karena itu hendaknya engkau tetap tabah menghadapi musuh dan senantiasa tetap waspada. Perangilah mereka dengan keteguhan tekadmu, dan lawanlah mereka sambil bertawakkal kepada Allah s.w.t."

Selanjutnya Imam Ali r.a. mengatakan: "Sekalipun fihakmu lebih sedikit jumlahnya, namun Allah berkuasa menolong fihak yang sedikit dan mengalahkan fihak yang berjumlah banyak. Aku sudah membaca dua pucuk surat yang dikirimkan kepadamu oleh dua orang durhaka yang berpelukan mesra dalam perbuatan maksiyat, bergandeng-tangan dalam kesesatan, saling suap dalam pemerintahan, dan sama-sama sombongnya terhadap para ahli agama. Janganlah engkau gentar menghadapi dua orang itu, dan jawablah mereka, engkau boleh menggunakan 'bahasa' apa saja menurut kehendakmu. Wassalaam."

Selesai menulis surat, Imam Ali r.a. segera mengumpulkan para pengikutnya kemudian
mengucapkan khutbah: "Muhammad bin Abu Bakar Ash Shiddiq dan saudara-saudara kalian di Mesir sekarang menjerit minta bantuan, karena anak si Nabighah (yakni Amr) sekarang sudah bergerak membawa pasukan besar hendak menyerang mereka. Anak si Nabighah itu ialah musuh Allah, musuh orang-orang yang hidup di bawah pimpinan Allah, dan pemimpinnya orang-orang yang memusuhi Allah. Oleh karena itu hai para saudara kita di Mesir, Mesir jauh lebih besar daripada Syam, penduduknya pun lebih baik. Janganlah kalian sampai terkalahkan di Mesir. Adalah suatu kehormatan bagi kalian jika Mesir tetap berada di tangan kalian. Itu pun sekaligus merupakan pukulan hebat bagi musuh kalian. Berangkatlah kalian ke Jara'ah dan kita semua besok akan berkumpul di sana. Insyaa Allah."

Keesokan harinya Imam Ali r.a. berangkat ke Jara'ah. Setibanya di sana ia berhenti menunggu sampai tengah hari. Ternyata hanya 100 orang saja yang datang hendak mengikuti. Melihat gelagat seperti itu, Imam Ali r.a. pulang ke Kufah. Malam harinya ia mengumpulkan sejumlah pengikut terkemuka. Dalam pertemuan itu Imam Ali r.a. tampak sedih dan sangat kecewa. Ia berkata: "Puji syukur ke hadirat Allah yang mengatur semua urusan menurut takdir-Nya, dan yang menilai siapa-siapa berbuat kebajikan. Dialah yang memberi cobaan kepadaku dalam menghadapi kalian. Hai saudara-saudara, kalian itu sebenarnya adalah kelompok orang-orang yang tidak mau taat bila kuperintah, dan tidak mau menyambut bila kuajak. Celaka sekali kalian itu! Kemenangan apa yang kalian tunggu jika kalian enggan berjuang membela hak-hak kalian? Di dunia ini sesungguhnya mati lebih baik daripada hidup meninggalkan kebenaran!"

"Demi Allah," kata Imam Ali r.a. seterusnya, "seandainya maut datang kepadaku --dan biarlah ia datang-- kalian akan melihat aku benar-benar marah menjadi teman bagi orang-orang seperti kalian! Apakah kalian tidak mempunyai agama yang mewajibkan kalian bersatu? Apakah kalian tidak bisa marah kalau kehormatan kalian diinjak-injak? Apakah kalian tidak mendengar bahwa musuh kalian hendak mengurangi wilayah negeri kalian dan mereka sekarang sedang melancarkan serangan terhadap kalian? Apakah tidak aneh kalau orang-orang durhaka dan dzalim bisa menyambut baik ajakan Muawiyah dan bersedia dikerahkan kemana saja menurut kehendaknya? Sedangkan kalian sendiri, tiap kuajak pasti bertengkar, lari bercerai-berai menjauhi aku, mem-bangkang dan membantah…!"

Di Mesir, seterimanya surat yang berisi petunjuk dari Imam Ali r.a., Muhammad bin Abu Bakar segera menulis jawaban kepada Amr bin Al Ash, yang isinya: "Aku sudah memahami isi suratmu dan telah mengerti apa yang kausebutkan. Seolah-olah engkau tidak suka melihatku celaka di tanganmu, tetapi aku bersaksi, demi Allah, bahwa engkau itu adalah salah seorang yang hidup bergelimang dalam kebatilan. Seolah-olah engkau memberi nasehat kepadaku, tetapi aku bersumpah, bahwa sesungguhnya bagiku engkau adalah musuh yang harus dicurigai. Engkau mengatakan bahwa penduduk negeri ini emoh kepadaku dan menyesal pernah jadi pengikutku, tetapi orang-orang yang seperti itu sebenarnya hanyalah mereka yang bersekutu dengan setan terkutuk. Aku berserah diri kepada Allah, Tuhan semesta alam, karena hanya Dia-lah tempat orang berserah diri yang sebaik-baiknya."

Bersamaan dengan itu, Muhammad bin Abu Bakar juga menulis jawaban kepada Muawiyah bin Abi Sufyan. Isinya antara lain: "Suratmu sudah kuterima. Engkau menyebut-nyebut persoalan Utsman bin Affan, suatu persoalan yang aku tidak perlu minta maaf kepadamu. Seolah-olah engkau hendak memberi nasehat kepadaku dengan menggertak supaya aku menyerahkan kedudukan kepadamu. Dengan menakut-nakuti aku, engkau sekaligus juga berpura-pura menunjukkan belas kasihan kepadaku. Padahal sebenarnya aku sendiri sangat mengharapkan bencana menimpa kalian. Mudah-mudahan Allah akan menghancurkan kalian dalam peperangan sehingga kalian akan menjadi orang-orang hina yang lari tunggang langgang. Kalau sampai engkau berkuasa di dunia ini, demi Allah, betapa banyaknya orang dzalim yang akan kaubela.

Betapa banyaknya orang mukmin yang akan kaubunuh dan kaucincang! Hanya kepada Allah sajalah semua persoalan kembali. Sesungguhnya Dia-lah Maha Pengasih dan Penyayang…"

Seterimanya surat jawaban dari Muhammad bin Abu Bakar, Amr bin Al Ash dan pasukannya mulai bergerak memasuki Mesir. Mendengar berita tentang gerakan Amr tersebut, Muhammad bin Abu Bakar berpidato di depan umum: "Hai orang-orang yang beriman, ketahuilah bahwa kaum yang sudah biasa melanggar kehormatan, yang tenggelam dalam kesesatan, dan yang terus menerus berbuat sewenang-wenang sekarang sudah terang-terangan menyatakan permusuhan terhadap kalian. Mereka sedang bergerak menuju negeri kalian ini dengan membawa pasukan bersenjata. Oleh karena itu, barang siapa yang menginginkan sorga dan pengampunan dari Allah s.w.t., ia harus berani keluar dan berjuang melawan mereka dengan niat semata-mata untuk memperoleh keridhoan Allah. Majulah menggempur mereka bersama-sama Kinanah bin Bisyir!"

Kinanah bin Bisyir kemudian diserahi tugas memimpin pasukan sebesar 2.000 orang, sedangkan Muhammad bin Abu Bakar bertahan di belakang dengan 2.000 orang pengikut. Amr bin Al Ash bergerak terus menghadapi pasukan Kinanah yang mengambil posisi di depan pasukan Muhammad. Ketika sudah mendekati pasukan Kinanah, Amr menggerakkan pasukannya regu demi regu. Tiap regu Syam yang berani mendekat, selalu berhasil dipukul mundur oleh pasukan Kinanah. Ini terjadi sampai berulang kali.



0 Responses

Posting Komentar