lathif99

Masa Kanak-kanak

Tentang usia Imam Ali r.a. ketika Rasul Allah s.a.w. mulai melakukan da'wah risalah, terdapat riwayat yang berlainan. Sebagian riwayat mengatakan, bahwa Imam Ali r.a. pada waktu itu masih berusia 10 tahun. Sementara ahli sejarah lain mengatakan, Imam Ali r.a. ketika itu telah berusia 13 tahun. Yang terakhir ini antara lain ditegaskan oleh Syeikh Abul Qasyim Al Balakhiy.

Masalah usia Imam Ali r.a. ini banyak dipersoalkan oleh penulis sejarah, karena ada kaitannya dengan penilaian: apakah Imam Ali memeluk agama Islam di masa kanak-kanak ataukah setelah akil baligh. Tampaknya riwayat yang lebih kuat mengatakan bahwa Imam Ali r.a. telah berusia 13 tahun pada waktu Rasul Allah s.a.w. memulai da'wahnya.

Pada waktu Nabi Muhammad s.a.w. menerima tugas da'wah Ilahiyah, Imam Ali r.a. menyambutnya tanpa bimbang dan ragu. Hal itu dimungkinkan karena lama sebelumnya ia telah langsung hidup di bawah naungan Rasul Allah s.a.w. Bila ada hal yang ketika itu tidak mudah difahami Imam Ali r.a. hanyalah mengenai cara-cara pelaksanaan risalah dan beban tanggung jawab yang harus dipikulnya sebagai orang beriman.

Pada waktu Rasul Allah s.a.w. menerima perintah Allah s.w.t. supaya melakukan da'wah secara terbuka dan terang-terangan, Imam Ali r.a. ikut ambil bagian sebagai pembantu. Imam Ali r.a. antara lain menyampaikan seruan-seruan Rasul Allah s.a.w. kepada sejumlah orang tertentu dikalangan anggota-anggota keluarganya.

Tentang hal yang terakhir ini, ibnu Hisyam dalam riwayatnya mengemukakan, bahwa Imam Ali r.a. pernah mengatakan dengan jelas, bahwa Rasul Allah s.a.w. secara rahasia memberi tahu kepada siapa saja yang mau menerima dari kalangan anggota-anggota keluarga dan familinya, mengenai nikmat kenabian yang dilimpahkan Allah kepada beliau dan kepada umat manusia melalui beliau.

Untuk itu Rasul Allah s.a.w. menyampaikan da'wahnya lebih dahulu kepada anggota-anggota keluarga yang paling dekat, yaitu isterinya sendiri Sitti Khadijah r.a. dan saudara misan asuhannya, Imam Ali r.a. Setelah kepada dua orang itu, barulah kepada Zaid bin Haritsah, putera angkatnya.

Imam Ali r.a. sendiri sebagai orang yang paling dini melakukan tugas da'wah membantu Rasul Allah s.a.w. pernah menerangkan, bahwa pada masa itu tidak ada satu rumah pun yang menghimpun anggota-anggota keluarga dalam agama Islam, selain rumah-tangga Rasul Allah s.a.w. dan Khadijah r.a. "Dan akulah orang ketiga dalam rumah itu. Aku menyaksikan langsung cahaya wahyu dan risalah serta mencium semerbaknya bau kenabian" demikian kata Imam Ali r.a.

Ali bin Al Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Imam Ali r.a., melalui sebuah riwayat memberitahukan kapan datuknya mulai memeluk agama Islam. Ia mengatakan: "Ia berimankepada Allah dan Rasul-Nya tiga tahun lebih dulu sebelum orang lain."



Masa Remaja

Dari sejarah hidupnya, sejak usia kanak-kanak langsung menerima asuhan Rasul Allah s.a.w., tidak ada keraguan lagi, bahwa Imam Ali r.a. merupakan orang yang paling dini menerima hidayah Ilahi, paling dulu beriman dan bersujud kepada-Nya. Para peneliti buku-buku riwayat akan menemukan kenyataan tersebut dan dapat mengetahuinya dengan jelas.

Dalam masa remaja, Imam Ali r.a. sudah aktif membantu da'wah Rasul Allah s.a.w. Menurut Abdullah bin Abbas, Imam Ali r.a. sendiri pernah menceritakan tentang hal itu sebagai berikut: "Setelah turun ayat 214 Surah Asy Syura (perintah Allah kepada Rasul-Nya supaya memperingatkan kaum kerabat yang terdekat), beliau memanggil aku. Kemudian berkata: "Hai Ali, Allah telah memerintahkan supaya aku memberi peringatan kepada kaum kerabatku yang terdekat. Aku merasa agak sedih, sebab aku tahu, jika aku berseru kepada mereka melaksanakan perintah itu, aku akan mengalami sesuatu yang tidak kusukai. Oleh karena itu aku diam saja sampai datanglah Jibril yang berkata kepadaku, "Hai Muhammad, jika engkau tidak berbuat seperti yang diperintahkan kepadamu, Tuhan akan menjatuhkan adzab kepadamu." Oleh karena itu, hai Ali, buatlah makanan. Masaklah paha kambing dan sediakan untuk kita susu sewadah besar. Setelah itu kumpulkan keluarga Bani Abdul Mutthalib. Mereka hendak kuajak bicara dan akan kusampaikan apa yang diperintahkan Allah kepadaku."

"Semua yang diperintahkan beliau kepadaku, kukerjakan segera. Kemudian anggota-anggota keluarga Bani Abdul Muttalib kuundang supaya hadir. Jumlah mereka yang hadir kurang lebih 40 orang. Di antara mereka itu terdapat para paman Rasul Allah s.a.w., seperti Abu Thalib, Hamzah, Abbas dan Abu Lahab. Setelah semuanya berkumpul, Rasul Allah s.a.w. memanggilku dan memerintahkan supaya makanan segera dihidangkan. Hidangan itu kusajikan. Rasul Allah s.a.w. mengambil sepotong daging, lalu diletakkan kembali pada tepi baki. Beliau mempersilakan mereka mulai menikmati hidangan: 'Silakan kalian makan, Bismillah!' Mereka semua makan dan minum sekenyang-kenyangnya. Demi Allah, mereka masing-masing makandan minum sebanyak yang kuhidangkan."

"Ketika Rasul Allah s.a.w. hendak mulai berbicara beliau didahului oleh Abu Lahab. Abu Lahab berkata kepada hadirin dengan sinis: "Kalian benar-benar sudah disihir oleh saudara kalian!"

"Karena ucapan Abu Lahab semua yang hadir pergi meninggalkan tempat. Keesokan harinya aku diperintahkan lagi oleh Rasul Allah s.a.w. supaya mempersiapkan segala sesuatunya seperti kemarin. Setelah semua makan minum secukupnya, Nabi Muhammad s.a.w. berkata kepada mereka: "Hai Bani Abdul Mutthalib. Demi Allah, aku tidak pernah mengetahui ada seorang pemuda dari kalangan orang Arab, yang datang kepada kaumnya membawa sesuatu yang lebih mulia daripada yang kubawa kepada kalian. Untuk kalian aku membawa kebajikan dunia dan akhirat. Allah memerintahkan aku supaya mengajak kalian ke arah itu. Sekarang, siapakah di antara kalian yang mau membantuku dalam persoalan itu dan bersedia menjadi saudaraku, penerima wasiatku dan khalifahku?"

"Semua yang hadir bungkam. Hanya aku sendiri yang menjawab: "Aku !" Waktu itu aku seorang yang paling muda usianya dan masih hijau. Kukatakan lagi: "Ya, Rasul Allah, akulah yang menjadi pembantumu!" Beliau mengulangi ucapannya dan aku pun mengulangi kembali pernyataanku. Rasul Allah s.a.w. kemudian memegang tengkukku, seraya berseru kepada semua yang hadir: "Inilah saudaraku, penerima wasiatku dan khalifahku atas kalian!" Semua yang hadir berdiri sambil tertawa terbahak-bahak. Mereka berkata hampir serentak kepada AbuThalib: "Hai Abu Thalib! Dia (yakni Muhammad) menyuruhmu supaya taat kepada anakmu!"

Hadits yang senada dengan apa yang dikemukakan Abdullah bin Abbas, juga diriwayatkan oleh Abu Ja'far At Thabary dalam bukunya "At Tarikh".

Itulah sekelumit riwayat tentang seorang muda remaja yang kemudian hari bakal menjadi pemimpin ummat Islam. Seorang pemimpin yang dihormati tidak saja oleh kaum muslimin, tetapi juga oleh para ahludz dzimmah, yaitu kaum Nasrani dan kaum Yahudi yang bersedia hidup damai di bawah pemerintahan Islam.

Di depan Abu Lahab, orang yang selama ini selalu mengancam-ancam dan menuntut supaya Rasul Allah s.a.w. menghentikan da'wahnya, Imam Ali r.a. yang masih remaja itu berani menyatakan dukungan dan bantuannya kepada Nabi Muhammad s.a.w.



0 Responses

Posting Komentar