lathif99

Di saat kaum muslimin sedang resah mendengar berita tentang wafatnya Rasul Allah s.a.w., sejumlah kaum Anshar menyelenggarakan pertemuan di Saqifah Bani Sa'idah untuk memperbincangkan masalah penerus kepemimpinan Rasul Allah s.a.w. Ikut serta bersama mereka seorang tokoh Anshar, Sa'ad bin Ubadah.

Di dalam bukunya yang berjudul As Saqifah, Abu Bakar Ahmad bin Abdul Azis Al-Jauhary mengetengahkan riwayat tentang terjadinya peristiwa penting di Saqifah (tempat pertemuan) Bani Sa'idah. Antara lain dikemukakan, bahwa tokoh terkemuka Anshar, Sa'ad bin 'Ubadah, dalam keadaan menderita sakit lumpuh sengaja digotong untuk menghadiri pertemuan tersebut.

Karena tidak sanggup berbicara dengan suara keras, ia minta kepada anaknya, Qeis bin Sa'ad, supaya meneruskan kata-katanya yang ditujukan kepada semua hadirin. Dengan suara lantang Qeis meneruskan kata-kata ayahnya: "Kalian termasuk orang yang paling dini memeluk agama Islam, dan Islam tidak hanya dimiliki oleh satu qabilah Arab. Sesungguhnya ketika masih berada di Makkah, selama 13 tahun di tengah-tengah kaumnya, Rasul Allah mengajak mereka supaya menyembah Allah Maha Pemurah dan meninggalkan berhala-berhala. Tetapi hanya sedikit saja dari mereka itu yang beriman kepada beliau. Demi Allah mereka tidak sanggup melindungi Rasul Allah s.a.w. Mereka tidak mampu memperkokoh agama Allah . Tidak mampu membela beliau dari serangan musuhmusuhnya.

"Kemudian Allah melimpahkan keutamaan yang terbaik kepada kalian dan mengaruniakan kemuliaan kepada kalian, serta mengistimewakan kalian pada agama-Nya. Allah telah melimpahkan nikmat kepada kalian berupa iman kepada-Nya, dan kesanggupan berjuang melawan musuh-musuh-Nya. Kalian adalah orang-orang yang paling teguh dalam menghadapi siapa pun juga yang menentang Rasul Allah s.a.w. Kalian juga merupakan orang-orang yang lebih ditakuti oleh musuh-musuh beliau, sampai akhirnya mereka tunduk kepada pimpinan Allah, suka atau tidak suka.

"Dan orang-orang yang jauh pun akhirnya bersedia tunduk kepada pimpinan Islam, sampai tiba saatnya Allah menepati janji-Nya kepada Nabi kalian, yaitu tunduknya semua orang Arab di bawah pedang kalian. Kemudian Allah memanggil pulang Nabi Muhammad s.a.w. keharibaan-Nya dalam keadaan beliau puas dan ridho terhadap kalian. Karena itu pegang teguhlah kepemimpinan di tangan kalian. Kalian adalah orang-orang yang paling berhak dan paling afdhal untuk memegang urusan itu!"

Kata-kata Sa'ad bin 'Ubadah itu disambut hangat oleh pemuka-pemuka Anshar yang hadir memenuhi Saqifah Bani Sa'idah. Apa yang dikemukakan oleh tokoh terkemuka kaum Anshar itu memperoleh dukungan mutlak. "Kami tidak akan menyimpang dari perintahmu!" teriak mereka hampir serentak. Engkau kami angkat untuk memegang kepemimpinan itu, karena kami merasa puas terhadapmu dan demi kebaikan kaum muslimin, kami rela!"

Setelah menyatakan dukungan kepada Sa'ad bin 'Ubadah hadirin menyampaikan pendapat-pendapat tentang kemungkinan apa yang bakal terjadi. Ada yang mengatakan, sikap apakah yang harus diambil jika kaum Muhajirin berpendirian, bahwa mereka itulah yang berhak atas kepemimpinan ummat? Sebab mereka itu pasti akan mengatakan: Kami inilah sahabat Rasul Allah dan lebih dini memeluk Islam. Mereka tentu juga akan menyatakan diri sebagai kerabat Nabi dan pelindung beliau. Mereka pasti akan menggugat: atas dasar apakah kalian menentang kami memegang kepemimpinan sepeninggal Rasul Allah? Bagaimana kalau timbul problema seperti itu?

Pertanyaan itu kemudian dijawab sendiri oleh sebagian hadirin: "Kalau timbul pertanyaan-pertanyaan seperti itu kita bisa mengemukakan usul kompromi kepada mereka, dengan menyarankan: Dari kami seorang pemimpin dari kalian seorang pemimpin. Kalau mereka bangga dan merasa turut berhijrah, kami pun dapat membanggakan diri karena kami inilah yang melindungi dan membela Rasul Allah s.a.w. Kami juga sama seperti mereka. Sama-sama bernaung di bawah Kitab Allah. Jika mereka mau menghitung-hitung jasa, kami pun dapat menghitung-hitung jasa yang sama. Apa yang menjadi pendapat kami ini bukan untuk mengungkit-ungkit mereka. Karenanya lebih baik kami mempunyai pemimpin sendiri dan mereka pun mempunyai pemimpin sendiri!"

"Inilah awal kelemahan," Ujar Sa'ad bin 'Ubadah sambil menarik nafas, setelah mendengar usul kompromi dari kaumnya. Nyata sekali pertemuan itu mengarah kepada keputusan yang hendak mengangkat Sa'ad bin 'Ubadah sebagai pemimpin kaum muslimin, yang bertugas meneruskan kepemimpinan Rasul Allah s.a.w. Kesimpulan seperti itu segera terdengar oleh Umar Ibnul Khattab r.a. Konon yang menyampaikan berita tentang hal itu kepada Umar r.a. ialah seorang yang bernama Ma'an bin 'Addiy. Ketika itu Umar r.a. sedang berada di rumah Rasul Allah s.a.w.

Pada mulanya Umar r.a. menolak ajakan Ma'an bin Adiy untuk menyingkir sebentar dari orang banyak yang sedang berkerumun di sekitar rumah Rasul Allah s.a.w. Tetapi karena Ma'an terus mendesak, akhirnya Umar r.a. menuruti ajakannya. Kepada Umar Ibnul Khattab r.a. Ma'an memberitahukan segala yang sedang terjadi di Saqifah Bani Sa'idah. Dengan penuh kegelisahan dan kekhawatiran Ma'an menyampaikan informasi kepada Umar r.a. Akhirnya ia bertanya: "Coba, bagaimana pendapat anda?"

Tanpa menunggu jawaban Umar r.a. yang sedang berfikir itu, Ma'an berkata lebih lanjut: "Sampaikan saja berita ini kepada saudara-saudara kita kaum Muhajirin. Sebaiknya kalian pilih sendiri siapa yang akan diangkat menjadi pemimpin kalian. Kulihat sekarang pintu fitnah sudah ternganga. Semoga Allah akan segera menutupnya."

Umar r.a. sendiri ternyata tidak dapat menyembunyikan keresahan fikirannya mendengar berita itu. Ia belum tahu apa yang harus diperbuat. Oleh karena itu ia segera menjumpai Abu Bakar Ash Shiddiq r.a. yang sedang turut membantu membenahi persiapan pemakaman jenazah Rasul Allah s.a.w. Menanggapi ajakan Umar r.a Abu Bakar r.a. menjawab: "Aku sedang sibuk. Rasul Allah belum lagi dimakamkan. Aku hendak kauajak kemana?"

Umar r.a. terus mendesak, dan sambil menarik tangan Abu Bakar r.a. ia berkata: "Tidak boleh tidak, engkau harus ikut. Insyaa Allah kita akan segera kembali!" Abu Bakar r.a tidak dapat mengelak dan menuruti ajakan Umar r.a.


Abu Bakar r.a. & Umar r.a. ke Saqifah


Sambil berjalan Umar Ibnul Khattab r.a. menceritakan semua yang didengar tentang pertemuan yang sedang berlangsung di Saqifah Bani Sa'idah. Abu Bakar r.a. merasa cemas dengan terjadinya perkembangan mendadak, di saat orang sedang sibuk mempersiapkan pemakaman jenazah Rasul Allah s.a.w. Dua orang itu kemudian mengambil keputusan untuk bersama-sama berangkat menuju Saqifah Bani Sa'idah.

Setibanya di Naqifah, mereka lihat tempat itu penuh sesak dengan orang-orang Anshar. Di tengah-tengah mereka terlentang tokoh terkemuka mereka, Sa'ad bin 'Ubadah, yang sedang sakit. Setelah mengucapkan salam dan masuk ke dalam Saqifah, Umar r.a. yang terkenal bertabiat keras itu ingin cepat-cepat berbicara. Abu Bakar r.a. yang sudah mengenal tabiat Umar r.a, segera mencegah: "Boleh kau bicara panjang lebar nanti.

Dengarkan dulu apa yang akan kukatakan. Sesudah aku, bicaralah sesukamu, ujar Abu Bakar r.a. Umar r.a. diam, tak jadi bicara. Abu Bakar Ash Shiddiq r.a. dengan penampilannya yang tenang dan berwibawa mulai berbicara. Setelah mengucapkan salam, syahadat dan shalawat, dengan semangat keakraban ia berkata dengan tegas dan lemah lembut.

"...Allah Maha Terpuji telah mengutus Muhammad membawakan hidayat dan agama yang benar. Beliau berseru kepada ummat manusia supaya memeluk agama Islam. Kemudian Allah membukakan hati dan fikiran kita untuk menyambut baik dan menerima seruan beliau. Kita semua, kaum Muhajirin dan Anshar, adalah orang-orang yang pertama memeluk agama Islam.

Barulah kemudian orang-orang lain mengikuti jejak kita.

"Kami orang-orang Qureiys adalah kerabat Rasul Allah s.a.w. Kami adalah orang-orang Arab dari keturunan yang tidak berat sebelah.

"Kalian (kaum Anshar) adalah para pembela kebenaran Allah. Kalian sekutu kami dalam agama dan selalu bersama kami dalam berbuat kebajikan. Kalian merupakan orang-orang yang paling kami cintai dan kami hormati. Kalian merupakan orang-orang yang paling rela menerima takdir Allah, dan bersedia menerima apa yang telah dilimpahkan kepada saudara-saudara kalian kaum Muhajirin. Juga kalian adalah orang-orang yang paling sanggup membuang rasa iri-hati terhadap mereka. Kalian orang-orang yang sangat berkesan di hati mereka, terutama di kala mereka dalam keadaan menderita. Kalian juga merupakan orang-orang yang berhak menjaga agar Islam tidak sampai mengalami kerusakan."




0 Responses

Posting Komentar